27 Nov 2014

Pasar Tradisional Angso Duo



Kisah Pasar Tradisional Angso Duo Jambi ~ Pasar Angso Duo merupakan pasar tradisional terbesar di Jambi. Pasar tradisional ini menjadi sandaran hidup 5.000 pedagang setempat, dan punya sejarah panjang sebagai pasar yang nomaden alias berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Pada awal abad ke-18, kawasan muara Jambi berada di Dermaga Bom Batu, yang kini telah berubah menjadi Mal WTC. Di situ ada sebuah pasar tradisional kecil. Orang menyebutnya Pasar Tanah Pilih. Pasar inilah yang menjadi cikal bakal Angso Duo walaupun letaknya tidak sama dengan yang sekarang berdiri.
Tokoh masyarakat Jambi, Junaedi T Noor, mengatakan, pada zaman penjajahan Jepang, pasar tersebut hancur. Pasar pun pindah sekitar 500 meter ke arah tenggara, dari lokasinya yang sekarang. Lokasinya disebut Gang Siku.
Pasar yang baru tersebut dibangun sederhana, berupa deretan meja-meja dari batu. Orang kemudian menyebutnya Pasar Meja Batu. Di pasar yang baru ini, tidak hanya terhampar ikan, daging, dan sayur yang dijual di atas meja batu. Di tempat itu juga sebagian warga duduk bersantai sambil menikmati kopi. ”Dulu, deretan meja ini penuh dengan orang-orang ngobrol sambil ngopi. Suasananya menyenangkan,” ujar Junaedi.
Pada masa itu, barang-barang impor dari Singapura sudah banyak yang masuk ke Jambi, berupa pakaian, kasur, dan perlengkapan rumah tangga. semua barang dikirim dari muara menuju Sungai Batranghari. Di Pasar Angso Duo, yang kini berada, dulunya hanyalah tempat kapal bersandar dan menurunkan barang-barang dagangan. Dari situ, barang-barang diangkut para kuli menuju pasar.
Dalam perkembangannya, Pasar Meja Batu semakin ramai oleh pedagang dan berbagai jenis barang dagangan. Gang Siku menjadi sesak. Sepanjang jalan itu becek dan tidak nyaman lagi bagi para pembeli.
Pada 1970, sedimentasi sungai kian parah. Pemerintah daerah melaksanakan pengerukan. Tanah dan pasir hasil pengerukan ditimbun di sekitar sungai sehingga terbentuklah daratan baru. Pada daratan itulah pemerintah akhirnya memindahkan kembali pusat pasar tradisional dari Pasar Meja Batu. Pasar yang baru bernama Angso Duo resmi berdiri pada 1974, tepat di tepi Sungai Batanghari. ”Pasar ini dibangun atas hasil reklamasi sungai,” ujar Junaedi.
Adapun di Pasar Meja Batu, lambat laun berubah menjadi pertokoan dan di sepanjang jalan penuh dengan pedagang kaki lima.

Menjadi kumuh

Seperti pasar-pasar terdahulu, keberadaan Pasar Angso Duo belakangan ini mulai menimbulkan masalah. Pasar menjadi sangat kumuh. Lantainya bukan lagi becek, tetapi banjir ketika musim hujan. Air limpasan dari Sungai Batanghari kerap masuk ke bagian belakang pasar.
Akibatnya, pasar menjadi tidak nyaman bagi para pembeli. Pedagang-pedagang yang menggelar lapak di belakang pasar mulai meninggalkan. Mereka pindah ke depan pasar, dan menggelar dagangan di bagian luar, memakan sebagian badan jalan umum. Pada pagi hari, jalan menjadi macet karena aktivitas jual-beli memenuhi sebagian jalan. Mobil-mobil angkutan kota kerap berkerumun menunggu calon penumpang. Maka, kian semrawutlah keadaan di depan Pasar Angso Duo.
Setelah 35 tahun, muncul lagi wacana memindahkan pasar tradisional terbesar di Jambi ini ke tempat lain. Lokasi baru yang dipilih hanya berjarak 100 meter. Lahannya juga berada di tepi Sungai Batanghari, tetapi posisinya agak lebih tinggi daripada sungai itu.
Melalui desain yang dibuat Pemerintah Kota Jambi, awal tahun ini, Angso Duo diharapkan menjadi pasar tradisional yang semimodern. Pasar itu tidak hanya akan menampung pedagang dalam kios dan lapak. Pemkot juga akan menyediakan ruko dan ruang-ruang pameran. Tempat parkir disediakan lebih luas.
Adapun pasar yang lama akan dijadikan ruang hijau alias taman kota. Sebanyak 5.000 pedagang, baik di dalam maupun luar pasar, akan direlokasi. Jadi, taman kota yang baru nantinya akan benar-benar memberi kenyamanan bagi masyarakat Jambi.
Yang menjadi masalah, Pemkot tidak dapat menjanjikan kapan pasar yang baru ini akan terwujud. Apakah tempat yang baru dapat benar-benar mengatasi persoalan pasar tradisional yang identik dengan kumuh dan becek. Juga, apakah tempat yang baru akan terjangkau bagi para pedagang.
Semoga proyek relokasi Pasar Angso Duo dilakukan dengan perencanaan yang benar-benar matang.

Cerpen Tepian Hati



“UN” kata-kata itu seolah jadi bumerang buat Chery. Dia kalang kabut bener begitu tau nilai-nilai mata pelajaran MAFIA(Matematika, Fisika, Kimia) lagi-lagi jeblok, padahal itu termasuk pelajaran yang bakal di UNkan. Kertas hasil Try Out yang berisi nilainya di sobek-sobeknya terus di lempar ke sudut ruangan. Dibaringkan tubuhnya di atas kasur, matanya menerawang menatap langit-langit,tanda dia udah mulai menyerah. Nggak mungkin dia terus-terusan kayak Nobita yang berusaha nyembunyiin hasil nilai-nilai jeblok itu dari orang tuanya. Andai saja itu bapak Newton, Om Archimedes, atau Abang Pascal nggak nyiptain teori-teori yang bikin kepala senut-senut mungkin dia nggak akan pernah mempelajari teori-teori yang panjang dan menyebalkan itu. Tiba-tiba handphone-nya berdering, Chery meraih handphone itu dengan kesal.
“HALLO…”jawabnya berteriak meluapkan kekesalannya.
“Hallo juga, kok kamu kayak lagi marah gitu.”jawab Elan.
Chery menarik napas, dia hampir lupa kalo dia masih punya cowok. Padahal dipikirnya dia sudah putus dari cowok itu, habis udah hampir sebulan ini mereka nggak pernah ketemu.
“Sorry…aku lagi pusing.”
“Kalo gitu kita jalan yuk?”ajak Elan
“Aduh aku nggak bisa. Sekarang tuh sebulan lagi mau UN. Aku harus banyak belajar, nilai-nilai aku jeblok semua.” Jawab Cherry
“Masa kamu nggak bisa? Kita kan udah lama nggak ketemu?” kata Elan nggak mau kalah.
“Tapi aku nggak bisa, Lan..”
“Kamu tuh kayaknya udah bosen ya sama aku? Kalo udah bosen ngomong aja nggak usah pake ngehindar-ngehindar segala kayak gini!” Elan mempertegas pernyataannya
Chery udah males menanggapi omongan Elan, dibiarkannya tu orang ngomong sendiri. Percuma, dia nggak akan ngerti posisi Chery saat ini. Seketika itu, dibanting handphonenya ke sudut kamar sampai suara-suara Elan tak terdengar lagi. Chery baru sadar beberapa menit kemudian kalo hpnya kini sudah berkeping-keping. Nyesel juga dia, tapi toh ibarat nasi yang udah jadi bubur nggak bisa balik lagi jadi nasi begitu pula dengan hpnya. Lengkap sudah penderitaannya hari ini, mana nilai-nilai hasil Try Out pada jelek semua, cowoknya ngambek, eh ini hpnya malah ikut-ikutan rusak. Chery nggak tau harus gimana lagi, dia menghempaskan tubuhnya ke kasur dan menutup mata. Dia tidur.

Icha berteriak-teriak memekik di kupingnya Chery saking senengnya dapet nilai delapan atas ulangan Fisika. Tentu saja itu adalah nilai Fisika paling bagus yang dia dapetin seumur hidup. Dia sampe ntraktir temen-temennya satu kelas buat makan mie ayam gratis di kantinnya si madam. Hitung-hitung syukuran, ceritanya. Apalagi sejak itu dia selalu pasang senyum tiap jalan kemanapun, sampe ada yang bilang tu anak nggak beda jauh sama orang gila. Wah pokoknya hari itu tuh Icha seneng banget sampe jingkrak sana, jingkrak sini. Bahkan rencananya kertas ulangan itu bakalan dilaminating dan dipajangin di dinding rumahnya, maksudnya biar semua orang rumah pada tau. Tentu aja Chery ngerasa aneh, padahal setaunya kemampuan Icha tuh dibawah dia. Bukannya Chery ngerasa sok, tapi emang biasanya nilai-nilai fisika Icha juga nggak lebih dari 1-2-3 persis kayak susu formula yang diiklanin di tv-tv.
“Cha, lo pake dukun kayak apaan sih?” tanya Chery penasaran.
“Weeks..” hampir aja itu mie ayam keluar lagi dari mulutnya,
”Astagafirullahal’adzim…Cher,Cher…gue nggak segitunya kali”
“Terus?”Chery makin penasaran.
“Pengen pintar? Makanya belajar…”kata Icha dengan muka datarnya.
“Aduh gue serius lagi!”
“Bimbel”jawab Icha datar
“Bimbel???sejak kapan lo ikut bimbel-bimbel kayak gitu? Setau gue lo nggak pernah tuh suka kayak gituan.”
“Yang ini beda. Pokoknya gue yakin deh lo juga bakalan suka.”jawab Icha makin misterius.
Dalam benak Chery bimbel tuh sama aja kayak di sekolah. Sama-sama disuruh ngerjain rumus-rumus yang menyebalkan itu. Paling juga kerjaannya cuma bengong melototin guru les. Pernah waktu kelas X SMA dia ikutan kayak gitu, alhasil nggak kurang dari sebulan dia udah keluar. Alasannya juga klise, Cuma BBB alias Bosen, Boring, Bete.

Dengan rasa penasaran pula, akhirnya Chery nyerah juga sama bujuk rayunya Icha. Baru juga di depan liat plangnya Chery udah pengen cepet-cepet kabur.”Smart Course, bimbelnya anak pintar”. Dia ngerasa kalo dia tuh salah alamat, harusnya yang bener itu “Smart Course, bimbelnya anak bodoh”. Kalo bimbelnya anak pintar tuh ngapain kalo udah pintar ikutan bimbel, kalo bimbelnya anak bodoh kan hebat berarti tempat bimbel itu bisa ngerubah anak bodoh jadi pintar.
“Cha, gue pulang aja ya?” rajuk Chery. Icha melotot.
“Iya, iya…”kata Chery lagi.
Begitu masuk ruangan, tempatnya lumayan adem. Icha negur sana-sini, keliatan banget kalo dia udah klop sama anak-anak sana, sedangkan Chery cuma bisa celinguk kanan-kiri. Apanya sih yang bisa bikin pintar? Tanyanya dalam hati sambil merhatiin interior ruangan itu. Tiba-tiba masuk seorang cowok yang cool banget, gayanya keren abis. Mata Chery sampe nggak bisa berkedip, mulutnya menganga kayak ikan koki. Dalam sekejap saja ruangan itu udah sunyi senyap kayak di pekuburan.
“Cha…”tangan Chery meraba-raba ke sebelah kanan, tapi begitu diliatnya tangannya bukan memegang tangan Icha. Tapi tangan seorang cowok botak yang langsung nyengir ke arahnya.
“Gue di sini, Cher…”bisik Icha setengah ngakak. Otomatis Chery jadi kikuk.
“Itu siapa?”
“Guru fisika kita.”
“Di sini?”
“Ho’oh”
“Ehemm…”guru fisika yang cool itu langsung ngelirik ke Chery sama Icha yang lagi asyik ngobrol,”kamu anak baru ya?”
“I,iya….”Chery gugup nggak ngelanjutin kata-katanya. Dia masih bingung manggil apa. Kalo manggil Pak, ketuaan. Kalo manggil Abang, ntar malah disangka tukang baso.
“Ok. Selamat datang, semoga kamu ngerasa nyaman belajar di sini…”ujarnya.
Chery menunggu kata-kata yang lainnya tapi Cuma itu keluar. Selanjutnya guru fisika itu membahas bab lanjutan mengenai Teori Relativitas Khusus Einstein dimana dia berbicara tentang salah satu postulat Einstein yakni kecepatan cahaya adalah sama untuk segala arah. Kecepatan juga termasuk besaran vektor yang memiliki arah positif/negatifnya dan setau Chery kutub positif/negatif itu bisa juga saling tarik menarik dalam medan magnet, karena itu dia rela menjadi kutub negatif asalkan guru fisika itu bersedia menjadi kutub positifnya dalam medan cinta.
Ternyata nggak cuma tampangnya aja yang nyenengin, tapi cara mengajarnya juga komunikatif. Hampir semua anak mengacungkan tangan begitu dikasih pertanyaan. Icha aja semangat banget, beda seratus delapan puluh derajat kalo dibandingin sama belajar di sekolah yang bisanya cuma tidur atau sesekali malah ngedengerin lagu-lagu di ipodnya waktu guru lagi ngajar.

 “ Wah, gue kayaknya udah jatuh cinta sama yang namanya fisika.”kata Chery,”liat nih nilai Try Out gue sekarang sembilan. Kayaknya sebentar lagi gue bakalan beneran jatuh cinta sama yang ngajarnya.”
“Astaga, sama Pak Robin maksud lo?”tanya Vany ga percaya.
“Pak Robin guru fisika kita yang killer abis terus yang umurnya udah 56 taun?serius???”Gina juga ikut-ikutan histeris.
“Awas ya kalo lo naksir sama Eza?”ancam Icha tiba-tiba.
“Yee…suka-suka gue lah. Emang elo siapanya dia?”tanya Chery
“Ih, gue kan yang duluan tau dia di tempat les itu.”
“Terus?”
“Lo kan udah punya Elan masa Eza mau lo sambet juga. Dia jatah gue…”
“Gue sama Elan udah putus. Abisnya dia nggak bisa ngertiin gue sih.”
Keduanya langsung diem-dieman. Mulutnya masing-masing monyong, maju dua senti. Sementara Vany sama Gina yang nggak tau apa-apa cuma bisa bengong ngeliatin mereka.
“ Kalo gitu kita bikin kesepakatan gimana?”kata Icha.
“Ok.” jawab Chery
“Siapa yang ntar UN Fisika dapet nilai terbesar, dia yang berhak ngedeketin Eza. Deal?”kata Icha.
“Deal”keduanya berjabat tangan.
Sejak peristiwa tersebut, keduanya mati-matian belajar Fisika buat bisa ngedapetin Eza. Eza itu guru mereka di tempat kursus yang keren abis. Usianya masih muda, pinter, dewasa, baik, udah gitu keren. Lagipula secara huruf alphabet pertama namanya Eza nggak jauh dari Elan, kalo dia jadiankan akan memperpanjang daftar cowok/mantan cowoknya yang berinisial “E”, meskipun nama aslinya bukan Eza tapi Reza[maksa banget].Apalagi motornya itu Ninja RR yang bisa bikin cewek manapun pasti betah diboncengnya. Bahkan Chery yang pernah tergila-gila sama Robert Pattinson pun sekarang berubah haluan. Tapi bukan karena Robert Pattinson jelek melainkan Chery sangat sadar kalo dia yang terlalu jelek dan mustahil untuknya.
Siang itu Chery berniat buat survey ke sebuah perguruan tinggi yang paling beken. Beken karena prestasinya, beken karena mahasiswanya, juga pastinya beken karena uang kuliahnya yang gede. Kebetulan juga perguruan tinggi itu udah membuka jalur pendaftaran untuk test masuk. Chery Cuma sendirian ke sana, karena Icha,Gina sama Vany rencananya mereka bakalan masuk ke perguruan tinggi lain. Chery akhirnya masuk ke sebuah ruangan yang diatasnya ada label ”tempat pendaftaran mahasiswa baru”, setelah akhirnya mengisi formulir dan mengembalikan kembali sama petugasnya, dia memutuskan untuk nongkrong dulu di kantin yang biasanya khusus buat anak-anak mahasiswa.
“ Hey…”tegur seseorang menepuk bahunya waktu Chery lagi asyik nyeruput jus melonnya. Dia tambah tersedak waktu ngeliat siapa yang datang. Reza!
“Uhuk,uhuk…”
“Sorry,sorry…”Eza mengelus-elus bahu Chery,”kamu nggak apa-apa kan?”
Chery menggeleng, tapi tetap tersenyum.
“Kamu mau kuliah disini ya?”
“Iya gitulah, baru mau nyoba-nyoba. Kalo…Bapak?”kata terakhir yang diucapin Chery membuat Eza ketawa.
“Iya. Jangan panggil bapak deh kalo disini, kesannya jadi kayak udah tua banget. Panggil aja Eza, usia kita kan nggak beda jauh.. Terus kamu mau ngambil jurusan apa?”tanya Eza.
“Psikologi mungkin.”
“Lho kenapa?”
“Soalnya kan abis pemilu ini banyak calon legislatif yang nggak kepilih tuh. Terus jadi pada stress, nah psikolog deh yang bakalan ketiban rezeki.”ujar Chery. Lagi-lagi Eza ketawa ngedenger alesannya yang aneh tapi nyambung.
Beruntung Chery, berawal dari sana ia jadi tau banyak tentang Eza atau yang bernama lengkap Reza Daniel Rahadian. Ternyata dia kuliah di universitas itu sambil ngajar di tempat les yang biasanya Chery datangi. Chery juga udah mulai pada tahap khayalan tingkat tinggi, kalo seandainya dia sama Eza jadian terus se-universitas pasti
asyik banget.

Hasil nilai Ujian Nasional atau UN akhirnya keluar juga. Nggak sedikit anak-anak yang ngerasa was-was kalo mereka nggak lulus ujian, soalnya itu berarti mereka harus mengulang lagi satu tahun dan satu tahun itu bukan waktu yang singkat. Icha dan Chery ikut berkerumun di depan mading sekolah yang berisi pengumuman orang-orang yang lulus UN. Mereka seneng banget waktu ngeliat nama-namanya ada di sana, itu berarti belajar mereka selama ini nggak sia-sia. Tapi begitu ngeliat nilai-nilai fisikanya, Cuma Chery yang berjingkrak soalnya nilainya lebih tinggi dibanding Icha. Beda 0.1 poin.
Dan hari itu pula Icha dan Chery berniat untuk berkunjung ke tempat bimbel mereka. Chery ke sana untuk nunjukin sama Eza kalo nilai Fisikanya oke punya, sementara Icha ke sana untuk merelakan Chery bersama Eza atau setidaknya dia bisa melihat Eza sebelum dimiliki oleh sahabatnya.
“ Kok Eza bisa kebeneran ada di sini sih, Cher?”tanya Icha heran begitu ngeliat Eza yang udah nagkring di depan resepsionis.
“Iyalah. Gue kan udah duluan ngesms Eza.”jawab Chery bangga.
“Sejak kapan punya nomor hpnya?”selidik Icha sewot.
“Dari dulu..”
“Curang lo..”
“Biarin.”
Eza baru sadar kalo ternyata ada dua makhluk riweuh di hadapannya. Dia tersenyum. Dan senyumannya itu makin ngebuat mereka berdua pada klepek-klepek.
“Gimana nih hasil ujiannya?”tanya Eza.
“Bagus dooong…”jawab Chery. sementara Icha merengut
“Oya, lo jadi kan diterusin ke psikologi?” karena udah berasa deket Eza mulai pake kata”lo-gue"
“Pasti.”jawab Chery mantap. Icha cuma bisa sabar, dia serasa jadi kambing congek. Tiba-tiba seorang cewek mendekat ke arah mereka
“Oh iya, kenalin ini cewek gue.” Kata Eza. Hati Chery crep,crep,crep udah berasa kayak ditusuk-tusuk jarum. Sementara Icha nyengir.
“Kalian murid-muridnya Eza ya?”tanya cewek itu.
“Iya.” cuma Icha yang masih bisa ngomong, sementara Chery udah beku di tempat.
“Jadikan?”tanya cewek itu ke Eza.
“Eh, sorry ya gue ada keperluan. Nggak apa-apa kan?”tanya Eza ke Chery sama Icha. Tapi lagi-lagi cuma Icha yang ngangguk. Chery hampir nangis waktu ngeliat Eza membonceng cewek itu pergi.

Kini Chery Cuma bisa meratapi nasibnya. Udah ditinggal pergi Elan, eh Eza juga malah udah punya cewek. Rasanya semangat dia udah bener-bener hilang dari muka bumi, bawaannya kayak orang linglung nggak tentu arah. Orange juice yang sedari tadi nongkrong dihadapannya cuma diaduk-aduk doang. Sebenernya tadi Chery nggak niat lagi buat ikut daftar ulang ke universitas ini, soalnya dia males banget ketemu sama Eza tapi apa boleh buat nasib membuatnya harus memilih. Dan sesuatu yang sangat bodoh kalo misalkan Chery menyia-nyiakan kesempatan emasnya buat masuk ke universitas populer cuma gara-gara Eza.
“Sendirian aja…” sapa Eza. Chery nggak ngerespon sedikitpun meski dia udah hapal banget kalo suara merdu itu miliknya Eza. Dia malah semakin mengaduk-aduk orange juice dihadapannya sambil setengah kesel.
“ Oh ya, ada temen gue yang mau kenalan tuh sama lo. Dia sebenernya udah merhatiin lo dari pertama masuk sini cuma dia nggak berani kenalan langsung sama lo soalnya dia takut kalo elonya galak. Jadi dia minta tolong gue deh, gimana?” Tanya Eza berharap Chery merespon pernyataannya. Padahal Chery juga sebenernya nggak tega ngediemin cowok keren dihadapannya itu, jadi mau nggak mau akhirnya Chery ngomong.
“Udah deh jangan bercanda terus, lagi nggak mood nih!”
“Serius lagi! Tuh orangnya…”tunjuk Eza sama orang di pojok sana.
Dan, TARAAAAT! Orang itu nggak beda jauh sama Eza. Dengan pakaiannya yang rapi, bersih tapi tetep keren dia melemparkan senyum ke arah Chery. Kalo misalkan Chery adalah es maka kali ini dia bener-bener udah meleleh melihat cowok itu. Apalagi ditambah penjelasan Eza yang bilang kalo orang itu tuh bakal jadi kakak tingkat di fakultas yang Chery ambil, dengan begitu Chery bisa sekalian belajar dan nanya-nanya tentang kuliahnya. Jadi kalo bisa sambil menyelam minum air, kenapa nggak?

26 Nov 2014

Sultan Thaha Syaifudin Jambi


Sultan Thaha Syaifudin Jambi ~ Salah satu Pahlawan Nasional kita yang berasal dari daerah jambi, blog kali ini akan mengulas sedikit tentang Sultan thaha syaifudin, ada yang belum tahu nggak tentang Pahlawan Nasional kita, Kalau ada yang belum tahu kasian banget pahlawan kita yang berjuang habis – habisan untuk negeri ini, tapi generasi mudanya malah melupakan jasa – jasa, ya paling tidak bisa mengingat namanya saja itu sudah syukur.. semoga saja para generasi muda tidak lupa dengan Pahlawan Jambi satu ini.
Sultan yang di kenal cerdas ini  adalah seorang sultan terakhir dari Kesultanan Jambi. Dilahirkan di Keraton Tanah pilih Jambi pada pertengahan tahun 1816. Ketika kecil ia biasa dipanggil Raden Thaha Ningrat dan bersikap sebagai seorang bangsawan yang rendah hati dan suka bergaul dengan rakyat biasa.
Konon dalam perjuangannya dalam mempertahankan negeri ini, Sultan Thaha syaifudin tak pernah mau berkompromi dengan penjajah Belanda. Dalam perjuangannya selama 46 tahun, Sultan Thaha pernah menenggelamkan kapal perang Belanda Houtman di perairan Jambi yang menewaskan sekitar 800 tentara Belanda.
Dan pada pertempuran di Sungai Aro itu jejak Sultan Thaha tidak diketahui lagi oleh rakyat umum, kecuali oleh pembantunya yang sangat dekat. Sultan Thaha Syaifuddin meninggal pada tanggal 26 April 1904 dan dimakamkan di Muara Tebo, Jambi. Yang sekarang berjarak dari 200 km dari Kota jambi.
Di Muaro Tebo ada salah satu kawasan Istana Sultan Thaha Syaifuddin berlokasi Kecamatan Tebo Ilir, Tanah Garo, 160 km dari Kota Jambi, menempati areal seluas ± 40 ha yang dikelilingi oleh anak sungai. Sebagai sarana transportasi menuju lokasi, dalam kawasan ini terdapat hutan kayu, rotan, damar dan bukit untuk melihat ke arah Desa Betung Berdarah dan Sungai Tabir.
Untuk Mengingat bagi generasi muda Kota Jambi, Pemda Provinsi Jambi Mengabadikan Pahlawan Sultan Thaha Suyaifudin dengan membuatkannya patung yang bisa kita jumpai di halaman Kantor Gubernur Jambi.

25 Nov 2014

Asal Mula Sungai Batang Hari


Sungai Batanghari Jambi ~ Sungai terpanjang di Pulau Sumatera adalah Batang Hari. Kata batang artinya sungai. Namun, orang sudah biasa mengatakan Sungai Batang Hari. Bagian terpanjang Sungai Batang Hari dan muaranya memang terletak di Provinsi Jambi, sebagian kecil bagian hulunya di Provinsi Sumatera Barat.
Pada zaman dahulu, ketika penduduk Negeri Jambi sudah mulai banyak dan mereka memerlukan seorang raja yang bisa memimpin mereka, menyatukan negeri-negeri kecil supaya menjadi satu negeri yang besar, mereka mengadakan sayembara. Barang siapa yang ingin menjadi Raja Negeri Jambi, harus sanggup menjalani ujian, yaitu dibakar dengan api yang menyala berkobar-kobar, direndam dalam sungai selama tiga hari, dan digiling dengan kilang besi yang besar. Penduduk setempat tidak ada yang sanggup menjalani ujian it. Tokoh-tokoh terkemuka dari desa Tujuh Kuto, Sembilan Kuto, Batin Duo Belas, semuanya menyerah pada ujian keempat, yaitu digiling dengan kilang besi.
Tokoh-tokoh masyarakat Negeri Jambi pada waktu itu lalu berespakat untuk mencari orang dari luar Negeri Jambi, yang sanggup menjadi Raja Negeri Jambi melalui ujian yang telah mereka tentukan itu. Perjalanan mencari orang luar Negeri Jambi tidak mudah karena zaman dulu orang harus menempuh jalan setapak, menerobod hutan, menyusuri sungai, menghadapi perampok atau binatang buas. Akhirnya, mereka sampai ke sebuah negeri asing, yaitu India bagian selatan, yang penduduknya kebanyakan hitam-hitam. Mereka lalu menyebutnya Negeri Keling (India). Mereka berjalan mengitari negeri yang besar dan sudah lebih maju itu berhari-hari lamanya, guna mencari orang yang sanggup menjadi raja di Negeri Jambi.
Berkat ketekunan mereka, tidak kenal putus asa, di Negeri Keling itu mereka temukan juga satu orang yang menyatakan kesanggupannya menjadi raja di Negeri Jambi. orang itu sanggup menjalani berbagai ujian dan akan memerintah Negeri Jambi dengan bijaksana, serta berjanji akan membuat rakyat Negeri Jambi aman, makmur, dan sejahtera.
Dengan gembira, calon raja itu pun dibawa pulang ke Negeri Jambi dengan dendang mereka. Perjalanan panjang melewati samudera luas kembali ke Negeri Jambi memakan waktu yang lama. Terkadang cemas menghadapi angin topan gelombang setinggi bukit, hujan deras bercampur petir, siang ataupun malam hari. Terkadang pula, berlayar dengan cuaca cerah, angin tenang mendorong dendang mereka dengan laju, atau di waktu malam terang bulan.
Selama perjalanan itu, mereka juga banyak berbincang-bincang dengan calon raja mereka. Dari pembicaraan itu, tahulah mereka bahwa calon raja itu memang orang yang pintar. Dia mengenal ilmu perbintangan. Terkadang muncul keinginan dari orang-orang Negeri Jambi itu untuk menguji calon raja mereka, dengan banyak pertanyaan. Mereka takut, kalau ada pertanyaan yang sulit calon raja itu akan tersinggung dan membatalkan niatnya menjadi Raja Negeri Jambi.
Deburan ombak, hembusan angin, gelapnya malam atau benderangnya cahaya bulan, teriknya matahari atau gelapnya awan hitam, sudah silih berganti. Perjalanan mereka menuju negeri asal, yaitu Negeri Jambi, belum juga sampai. Mereka juga singgah di Malaka (Malaysia) untuk membeli perbekalan, singgah di Negeri Aceh untuk beristirahat atau menambah persediaan air tawar. Dengan demikian, perjalanan mereka menjadi makin panjang dan makin lam sampai di Negeri Jambi.
Pada suatu hari, rupanya dendang mereka sudah dekat Negeri Jambi. Mereka sudah memasuki muara sungai yang besar sekali, tempat mereka dulu memulai perjalanan mencari calon Raja Jambi. walaupun sungai besar itu sudah mereka kenal, sudah mereka layari dengan dendang, sudah mereka minum airnya, mereka belum mengetahui apa nama sungai besar itu. Apakah calon raja dari Negeri Keling itu mengetahui nama sungai itu atau tidak. Mereka ragu-ragu bertanya pada calon raja dari Negeri Keling itu. Apalagi saat itu mereka rasa kurang sopan bertanya karena hari sudah petang dan pemandangan menjadi remang-remang.
Seorang dari mereka, orang Batin Duo Belas, memberanikan diri juga ketika sudah disepakati oleh yang lain, mengajukan pertanyaan kepada calon raja dari Negeri Keling itu.
“Tuanku calon raja kami. Elok kiranya tuanku jika dapat menjawab sebuah pertanyaan kami.”
“Tanyalah mengenai apa saja.”
“Muara sungai besar yang sedang kita layari ini, apa gerangan namanya Tuan?”
“Haa... Inilah yang bernama muara Kepetangan Hari.”
Ternyata calon raja itu menjawab cepat, padahal sungai itu belum pernah dikenalnya.Para tokoh masyarakat pencari calon raja itu gembira sekali dan makin kuat tenaganya mendayungkan kayu pengayuhnya menyusuri sungai itu, menyongsong (melawan) arus menuju desa Mukomuko.
Sesampai mereka di Mukomuko, mereka menyebarluaskan kepada setiap orang yang mereka temui. Mereka mengatakan bahwa nama sungai besar di Negeri Jambi itu bernama Kepetangan Hari. Setelah bertahun-tahun lamanya, kemudian berangsur terjadi perubahan menjadi Sungai Petang Hari, dan akhirnya menjadi Batang Hari.